BERAWAL DARI SEBUAH AKHIR PERJALANAN
Sore itu di kereta progo sepulang gue dan deden dari jogja kami duduk berhadap-hadapan, dimana disebelahnya ada sekelompok ibu-ibu tambun dan anaknya sedang berbincang keras hingga suara mereka mungkin terdengar sepanjang gerbong lima.
"Iya dieng itu bagus banget, tapi dingin banget" sahut seorang gadis yang kebetulan anak dari salah satu ibu-ibu yang duduk disamping gue
"iya saya pernah kesana, tapi gak kuat sampe atas" jawab ibu-ibu yang kita fikir suara dan wajanya mirip kanjeng mami di film awas ada sule
kita mendengarkan percakapan demi percakapan dari awal hingga akhir tentang dieng, hingga akhirnya kita tertarik untuk melanjutkan perjalanan kedua kita ke dieng tahun depan.
Singkat cerita beberapa bulan telah berlalu, inilah buah dari hasil menguping kita dikereta waktu itu. gue dan deden ditambah beberapa teman akhirnya memutsukan untuk pergi ke dieng pada hari rabu 12-Agustus-2015 dengan anggota 5 orang yaitu Gue (iqbal), deden,ranni,rahmat dan muchaban.
Sore itu kita berkumpul dirumah rahmat ramadhan yang berada di daerah mampang untuk menitipkan motor selama beberapa hari, sesampainya disana kita membeli bekal makanan disalah satu mini market dan melanjutkan perjalanan dengan kopaja AC menuju pasar senen (Rp.6000/orang)
Kita tiba dipasar senen sekitar jam 19:00 dan langsung menukarkan tiket yang sudah dipesan sebelumnya melalui reservasi tiket online, kita berlima telah memesan tiket kreta ekonomi Serayu malam seharga Rp.70000/orang.
Singkat erita setelah makan malam akhirnya kereta tiba, kita berlima bergegas masuk kedalam gerbong yang sesuai nomor dan kursinya pada tiket yang telah kami pesan. Tidak seperti kereta progo pada saat kita ke jogja yang dipenuhi anak muda, kereta serayu ini nampak sepi dan setiap kursi hanya diisi oleh orang-orang tua yang membawa anak mereka.
Kereta serayu menembus malam sedari pukul 21:00, kereta kami berjalan cepat sendiri ditengah gelapnya malam. kami tidak bisa melihat apapun diluar, hanya gelap total dengan sedikit cahaya kecil di ujung padang kami yang kami rasa merupakan lampu-lampu perumahan ataupun beberapa kendaraan.
Ranni, Rachmat dan muchaban telah tidur dengan posisi mereka masing-masing, hanya gue dan deden yang masih berbicara apapun yang terlintas diotak, yap ngobrol terus sampai pagi seperti biasa.
kereta tiba pukul 07:30 di stasiun wonosobo, kami berlima bergegas keluar dan memutuskan untuk ke toilet sebentar untuk cuci muka sebelum meninggalkan stasiun wonosobo.
kami keluar dengan barang bawaan berat dan mampir di warung padang untuk mengisi perut, kami memesan satu porsi nasi padang dengan rendang seharga Rp.12000/orang.
sebetulnya kami tidak ingin makan berat seperti ini ketika sarapan, karna bisa saja perut menjadi sakit karna porsi dan lauk yang memang terlalu berat untuk sarapan, tapi karna tidak ada pilihan lain akhirnya kami memutuskan untuk makan ditempat tersebut. Ketika kami sedang makan sang ibu penjual nasi padang bertanya pada kami seolah sudah tau bahwa kami akan pergi ke dieng .
"Mau naik ke dieng ya" tanya ibu tersebut
"Iya bu, maaf bu kalo boleh tau kalau mau ke dieng dari sini naik apa dan kemana ya?" jawab dan tanya gue.
"naik angkutan itu mas yang warna oranye, tuh dia berenti didepan,,,saya panggilin ya" sahut ibu
kemudian ibu tersebut bercerita bahwa kita sebetulnya sebagai turis harus pintar-pintar mencari harga kendaraan ataupun penginapan ketika di dieng, karna kalau salah bisa dimahalin sama oknum-oknum yang mencari keuntungan.
akhirnya kita mendapatkan angkot dari stasiun purwokerto ke terminal purwokerto dengan harga Rp.5000/orang. sesampainya disana kita langsung disambut banyak calo terminal seperti seorang selebriti yang dikelilingi paparazzi. mereka menawarkan harga Rp.30000/orang untuk sekali jalan keterminal wonosobo.
Kami tidak mau menunggu terlalu lama karna sudah lelah dan waktu terus berjalan, ahirnya kami memutuskan untuk naik salah satu bus tersebut.
That was Crazy...!!!! itu adalah bus tercepat yang pernah gue naikin seumur hidup, bus dengan ukuran besar dengan kecepatan tinggi dijalan yang padat dan sempit membuat gue deg-degan setengah mati, tekstur jalanan yang tidak rata dan berlubang ditambah bus yang cepat dan membabat semua tekstur jalan membuat perut kita teraduk-aduk. Gue yang belum pernah mual naik kendaraan tiba-tiba terasa mau muntah, begitu juga dengan deden yang matanya sudah berair dan kadang berbunyi "oeekk" dengan ekspresi wajah merah .
Sepanjang perjalanan gila di bus gue dan deden cuma ketawa karna kita rasa ini seru, sementara rahmat tampak murung dan diam seribu bahasa, ranni tetap santai sembari tidur-tidur cantik dan muchaban.,,,,hmmmmm nahan poop. entah apa itu namanya...nahan poop atau sudah tidak bisa tahan poop intinya kegembiraan gue dan deden kadang jadi tegang karna muchaban...
kita semua seperti naik roller coaster didalam bus itu, gue dan deden giginya mungkin sudah mulai kering karna tidak berenti sumringah karna takut dan ingin tertawa. tapi kalau diperhatikan semua orang yang berada didepan kita yang notabene kakek dan nenek tak ada yang bereaksi sedikitpun, mereka hanya duduk tenang dan tak bersuara meskipun sesekali bus kita hampir beradu dengan bus didepan ataupun mendapat guncangan hebat karna menabrak lubang jalan. hingga pada akhirnya seorang kakek memutuskan untuk turun di pinggir jalan dan..... pingsan -_-"
Sumringah gue dan deden harus terhenti sebentar ketika muchaban memutuskan turun dari bus karna rasa mules dan menahan poop yang sudah tidak bisa ditahan. dia berpesan kalau dia turun disini saja dan kita semua gak usah khawatir karna dia akan cari bus selanjutnya..yang terpenting adalah dia harus mengeluarkan apa yang harus dikeluarkan terlebih dahulu..yaitu poop.
Bus kita sudah mulai memasuki kawasan wonosobo, tekstur jalan sudah mulai menanjak dan pemandangan kota sudah mulai berganti sungai,hutan dan jurang. kecepatan bus pun sudah mulai lambat dan baik hingga akhirnya kita harus turun dan tukar bus menuju keatas dengan kecepatan tinggi seperti semula.
Kita sampai di terminal wonosobo untuk berhenti sejenak menunggu muchaban, sesampainya disana rahmat yang diam seribu bahasa akhirnya membuka mulutnya (re:muntah). Setelah muntah rahmat bisa berbicara kembali meski kadang agak kurang nyambung karna mungkin sedikit pusing dan trauma hahaha. beberapa jam kemudian muchaban sampai dan kita melanjutkan perjalanan dengan elf seharga Rp.25000/orang.
kecepatan elf tidak segila bus yang tadi kita naiki, kini rute perjalanan hanya menanjak dan menanjak. suhu udara sudah mulai dingin karna kita sudah semakin tinggi, pemandangan khas penggunungan dengan hamparan perkebunan , sengkedan dan juga kabut sudah mendominasi pengelihatan.
Muchaban duduk dibangku paling depan tanpa bersuara sedikitpun, begitu juga ranni dan rachmat yang duduk berdua di tengah, kami tidak mendengar suara mereka. sementara gue dan deden yang duduk dibangku paling belakang tidak berhenti berbiara. ya...kita kagum sepanjang perjalanan, kagum dengan pemandangan yang kita lihat, kagum dengan semuanya.
kita membicarakan hal yang kita lihat di sepanjang perjalanan, hal yang jarang kita lihat dikehidupan sehari-hari. sungguh menarik rasanya melihat kehidupan yang berbeda dengan apa yang kita tau sehari-hari, melihat landscape dan aktivitas yang membuat mata dan hati kita hangat.
inilah dieng, desa diatas awan dengan sejuta pesona yang jarang gue liha sebelumnya. setitik surga yang dijatuhkan di tanah Indonesia, langit dan udara yang sedikit kelabu dan suasana sederhana yang tak bisa dilupakan menjadi kehangatan tersendiri ditengah dinginnya suhu daerah ini.
Akhirnya mobil berhenti tepat di depan penginapan yang sudah kita reserve sebelumnya via telfon, Bu jono namanya. penginapan sederhana dengan letak yang strategis membuat kita mudah menemukannya.
Sesampainya disana kita langsung masuk kamar masing-masing,kita menyewa dua kamar pada saat itu. Gue,deden dan ranni tidur dalam satu kamar sementara muchaban dan rahmat mendapat kamar tepat disebelah kamar kami.
kasur adalah hal yang paling dinanti saat itu, keadaan sore yang sudah mulai gelap dan udara yang dingin membuat lelah kami menjadi-jadi. akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sejenak dikamar masing-masing.
ketika kami sudah merasa lebih baik dan tidak terlalu lelah, kami memutuskan untuk keluar mencari makan. makanan yang pertama kali kita coba di dieng adalah makanan khas daerah tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah mie ongklok dengan sate nya. rasanya hmmmmmmm khas sekaliii....coba sendiri ya biar tau kenikmatan mie beserta kuahnya yang hmmmm nikmat sekali.
keadaan sudah gelap sekarang, puas makan mie ongklok kita berjalan-jalan disekitar kawasan bu jono dan memutuskan untuk membeli sarung tangan karna rasa dingin yang menurut kita luar biasa menusuk tulang.
entah karna cuaca atau belum puas makan, kita memutuskan untuk membeli bakso yang ada didepan indomaret dieng, kuah bakso yang mengepul seperti kawah rupanya hanya pura-pura alias tidak panas sama sekali ketika dimakan.hmm mungkin karna keadaan suhu yang cukup rendah pada malam itu.
Asap tebal mengepul ngepul dari hidung ataupun mulut ketika kita berbicara ataupun bernafas, sepanjang malam kami berlima mengobrol dan menikmati keindahan dieng dimalam hari. ditambah lampu-lampu jalanan berwarna oranye dan dinginnya malam yang selalu kami ingat pada hari itu.
malam kian menjadi, matahari sudah terbenan jauh beberapa jam yang lalu, kami kembali lelah. mungkin ini lah saatnya kami tidur.
Kini matahari pagi telah datang dan menyinari semua kawasan dieng, kami yang tertidur pun kembali membuka mata untuk kembali menyaksikan hal-hal baru yang telah menunggu kami. gue langsung membuka jendela kamar ..sementara deden mandi dan ranni baru selesai sholat subuh.
Udara kembali masuk dan menusuk tulang, padahal gue sendiri sedang mengenakan jaket tebal beserta baju yang berlapis-lapis.
kami akhirnya turun kelantai bawah untuk sarapan. Karena pada sore hari kami akan mendaki gunung prau maka kali ini kami berjanji akan makan makanan yang bergizi dan berat sedari pagi. makanya kami sarapan nasi goreng telur pada pagi itu dan berfoto didepan tanda DIENG
Gue, Deden, Ranni, Muchaban dan Rahmat memutuskan untuk keluar berjalan-jalan ke telaga warna yang ada di dieng. disepanjang perjalanan kami kebanyakan bermain dengan mulut kami sendiri yang mengepulkan asap, it's not an ordinary everyday thing di hidup kami.
Langkah kami terhenti didepan gapura masuk telaga warna, wahh sungguh senang rasanya. mengingat telaga warna hanya hal yang gue lihat di instagram sebelumnya kini akan menyaksikannya dengan mata kepala sendiri.
udara pagi yang dingin membuat telaga berkabut dan mengeluarkan asap,keadaan sunyi dan kelabu menyelimuti suasana pagi saat itu. tampaknya kami merupakan pengunjung pertama karna belum ada orang. kamipun masuk tanpa membayar karna waktu itu loket pembayaran belum dibuka.
air telaga yang luas diselimuti asap yang bergerak gerak, di setiap ujung pandang kami terdapat bukit yang besar, pehohonan yang hijau dan hutan. ketika matahari sudah mulai naik maka kabut mulai menipis dan telaga warna kini dapat menampakan keindahannya.
air yang berwarna hijau dan kebiruan seolah menggambarkan telaga ini sebagai miniatur dari samudra. jujur ketika berlibur gue selalu membawa SLR, tapi entah hasilnya selalu sedikit dan bahkan gue sendiripun jarang berfoto. entahlah...mungkin karna gue terlalu kagum dan ingin lebih banyak menyaksikan itu dengan mata dan otak gue sendiri ketimbang harus melihatnya melalui view vender atau live mode kamera .
puas bermain disekitar telaga kami berlima memutuskan untuk berpindah spot ke arah bukit disekitar awah, entah apa namanya gue lupa..yang jelas waktu itu rahmat menyebutnya bukit sidongsoong. entahlah...nama bukit yang disebutkan rahmat terdengan seperti artis korea ketimbang nama bukit.
kita mencoba menaiki bukit tersebut dengan harapan dapat melihat hal yang bagus diatas sana, jalanan didominasi hutan kanan kiri beserta tekstur tanah yang ringan hingga selalu berasap ketika diinjak. lelah iya...gue belum terbiasa dengan jalan menajak, tetapi ketika sampai diatas..hanya kata "SUBHANALLAH" yang terlintas pertama kali di otak.
pemandangan terasa indah dari atas sini, warna telaga yang hijau dapat terlihat dengan jelas, jernih airnya. pantulan sinar matahari yang menyentuh air membuatnya terlihat seprti kristal. keadaan diatas cukup sepi hanya ada kami ber 4 (ranni menunggu dibawah karna tidak kuat).
Gue sangat bangga bisa menyentuh daerah ini diusia gue yang baru memasuki fase awal ke 21, entahlah gue meyakini bahwa diusia 20an ini adalah langkah awal gue untuk menjelajah ketempat-tempat baru dan surga dunianya ALLAH yang telah dititipan di Indonesia.
Setelah asik diatas sembari menikmati indahnya bukit, gue memutuskan untuk turun. disana gue melihat ranni duduk dibawah menunggu bersama deden. Ranni ragu, sedari pagi dia selalu mengulang kata "yakin mau ke prau?" dia bahkan tidak bisa meneruskan langkahnya keatas bukit sekitar telaga warna karna tidak kuat, apalagi prau.
Sepanjang jalan kami kembali kepenginapan ranni selalu meminta agar dia tidak ikut ke prau dan memutuskan untuk stay di penginapan, hal itu hampir di iyakan oleh kami karna kami takut ranni tidak kuat. tapi gue memberikan ide kalau dipenginapan hanya barang bawaan kita saja yang dititipan sementara ranni harus tetap naik.
sesampainya di penginapan bu jono kita langsung menyiapkan barang bawaan untuk dibawa ke puncak prau, kami memutusikan untuk mendaki sekitar pukul 3 sore.
sementara itu muchaban sedang menunggu temannya untuk ikut dengan kami karna dia sudah punya pengalaman mendaki gunung.
sebelum berangkat kami memutuskan untuk makan nasi goreng biar perut terisi terlebih dahulu, nah ketika itulah muchaban dan temanya datang. disitu kami diperkenalkan lebih dekat lagi dengan bang heru. ya seorang laki-laki usia 24an dengan kulit sawo matang, badan yang tidak terlalu kurus, dan poni yang kaku, dia terlihat cool waktu itu. ya jujur keberadaanya membawa sedikit kelegaan buat gue karna kita ber 5 mungkin cukup awam dengan gunung.
Perjalanan dibuka pukul 15:30. kami berdoa terlebih dahulu untuk diberi perlindungan dan keselamatan dari Allah. ya walaupun untuk sebagian pendaki yang sudah pro gunung prau merupakan gunung yang terlalu tinggi tapi bagi kita ini adalah first mount ever dan kita tetap meminta perlindungan dari kemungkinan terkecil apapun.
Kami berjalan melalui jalur dieng, perjalanan disambut dengan anak tangga yang bisa dibilang membuat nafas kami senin-kamis. jujur baru sampai pertengahan tangga gue udah gak kuat..but i have a pride..gue gak mau terlihat lemah dan gue tau gue pasti pasti kuat.
gue lihat bang heru dengan santai jalan menyusuri tangga, muchaban dan rahmat terlihat stabil..sementara deden,gue dan ranni sebetulnya lelah.
anak tangga yang tinggi telah berhasil kita lalui, gue dan yang lain berhenti sejenak didepan komplek pemakaman untuk duduk beristirahat mengambil nafas.
Meskipun gue awam, gue punya pemahaman bahwa sebetulnya kita harus menikmati perjalanan mendaki, tidak apa sering beristirahat yang terpenting adalah kita bisa survive dan bisa sampai atas. tak perlu terburu-buru yang malah mengakibatkan kelelahan luar biasa bahkan lebih parah dari itu.
Gue dan deden pernah baca bahwa sebetulnya sampai puncak merupakan sebuah bonus dan tujuan semu...tujuan utamany adalah selamat sampai kembali turun dan juga proses mendaki yang perlu dinimkati dan diambil pelajaran darinya.
kita sampai pada tahap pertama, jalanan berbatu yang kanan kirinya adalah perkebunan warna dan sesekali bebunggan berwarna kuning yang teramat indah, sepanjang mata memandang adalah hamparan perkebunan warga yang sangat luas dari kita bisa melihat jelas bukit yang menjulang tinggi bagaikan tembok beton pembatas antara dieng dan dunia luar.
Bang heru sudah memimpin jalan, sementara dibelakangnya diikuti oleh muchaban dan rahmat..ranni tepat didepan gue, berjalan dengan tangan yang selalu memegang perut menandakan dia sudah lelah. dibelakang gue ada deden yang tidak terdengar suaranya hingga akhirnya
"DUUUT" gue menoleh sekita sembari keheranan....deden tertawa
ya..bahkan belum sampai pos satu gue sudah mendengar suara dentuman mengerikan dari balik dua belah pantatnya, gue jadi ingat kejadian dimana dia mencoba kentut didepan jendela dengan harapan baunya keluar tapi nyatanya angin nakal menerpa gas pantatnya hingga masuk kembali kekamar. dua lubang hidung gue yang tak berdosa jadi saksi bau gas belerang pegunungan khas yang keluar dari pantat manusia.
sampai juga kita di pos 1, bahkan di pos ini banyak yang sudah kewalahan LOL. jujur saja kami semua memang bukan pegunung yang sudah expert toh buat apa ditutupi kalau sebetulnya kita memang lelah.
Di pos satu bang heru yang merupakan panutan kita dengan sigap menggambil air dari saluran air yang mengarah langsung dari pegunungan. dia mengambilnya dengan sebotol air mineral besar dan mengisinya sampai penuh. dia menawarkan kita untuk mencicipi air tersebut...\
hmm ternyata beda ya kaya ada manis manisnya gitu
kita melanjutkan perjalanan, waktu sudah mulai menunjukan pukul 16:00, matahari sudah mulai berbisik kepada kita bahwa dua jam lagi dia akan meninggalkan kita sendirian digunung yang dingin ini. perjalanan memasuki kawasan hutan yang ditumbuhi pepohonan tinggi, entah apa namanya bagi gue semua terlihat sama. tekstur jalanan yang menanjak dan menanjak membuat kita mudah lelah.
beberapa kali kita selalu menyempatkan diri untuk beristirahat, tidak apa karna itu adalah jalan terbaik.
semak belukarlah yang menemani kami disepanjang perjalan, awal perjalan kami memang cukup sulit. kondisi fisik dan mental yang belum terbiasa membuat kami mudah lelah dah harus beristirahat.
Nampaknya kita berjalan belum cukup tinggi,meskipun disebelah kiri kami sudah bisa melihat dengan jelas perbukitan dengna kabut abu-abu yang sudah mulai turun.
ketika sedang dalam perjalanan akhirnya kami bertemu dengan dua orang pendaki sedang beristirahat, dia menyapa kami. ternyata mereka sedang beristirahat di pos 2, kita telah mencapai pos 2 pada titik ini.
Setelah berbincang sejenak kami memutuskan melanjutkan perjalanan ke titik yang lebih tinggi, kini kemiringan sudah mulai dasyat, langkah kami kadang hanya berpijak pada bekas akar pohon. Muchaban, deden dan bang heru sudah berada diposisi paling depan. gue, ranni dan rahmat memutuskan untuk beristirahat sebentar hingga akhirnya ranni meminta gue dan rahmat mengawalnya untuk buang air kecil.
Kami melanjutkan perjalanan yang tidak terasa sudah hampir magrib, awan yang tadinya mulai menggelap kini berubah menjadi merah keemasan menandakan bahwa matahari akan menanggalkan apinya untuk tertidur.
kini kami sudah jauh lebih tinggi dari posisi sebelumnya, hutan mulai gelap, jarak pandang mulai samar, kami terus mendaki dan mendaki. kini fisik dan mental kami sudah mulai teribasa dengan keadaan gunung. kami sudah tidak mudah lelah seperti sebelumnya. di titik ini volume istirahat kami menjadi lebih sedikit, kami lebih banyak bergerak dan jarang duduk dari sebelumnya.
Hingga akhira bang heru dan muchaban bilang "kita harus sampai pas magrib atau keadaan akan gelap" gue sempat menyangkal. bagi gue itu tidak baik untuk kondisi fisik gue,deden,ranni dan rahmat yang memang belum terbiasa. alih-alih sampai sana sebelum magrib malah bisa berdampak buruk karna kita kelelahan. gue bilang ke mereka bahwa tujuan kita adalah sampai dan melihat matahari terbit. setidaknya matahari terbit masih lama jadi kita tidak perlu terburu buru meskipun gelap yang kita perlukan adalah santai dan hati-hati. (biar lambat asal selamat)
Mata hari benar-benar telah tenggelam pada saat ini, awan merah seketika menjadi biru tua dan hitam pekat dalam hitungan detik. kami tidak bisa melihat apa-apa, gelap. bahkan wajah orang disamping kampipun tidak bisa terlihat, hanya siluet.
Tak ada satupun yang membawa senter, kami diam sejenak di tanah datar sembari beristirahat dan mendengarkan kumandang adzan magrib. puncak prau sudah mulai terlihat tapi masih sangat jauh, di ujungnya terdapat dua lampu senter dari tenda dan pendaki yg sudah sampai diatas. deden sudah putus asa dan kekeh tidak mau melanjutkan perjalanan kepuncak meski kadang kami sedikit memaksa. itulah deden, kalau dia bilang enggak susah untuk ngerbuah fikirannya supaya bilang iya. tapi alhamdulillah pada akhirnya dia mau melanjutkan perjalanan
akhirnya kami menyalahkan torch yang ada di smartphone dan juga power bank. hanya dua smartphone dan sau power bank dan itupun hanya smartphone gue yang paling terang..iyalah XIAOMI gituloh (iklan)
kini posisi gue berubah menjadi leader jalan, karna pencahayaan gue yang paling terang maka gue yang mempimpin sementara deden berada diposisi tengah memegang smartphone miliknya dan muchaban paling belakang membantu memberi cahaya dengan light powerbank nya.
Kini kondisi jalan semakin ekstrim, mungkin jarak jalan kami hanyalah setapak dan beberapa sentimeter di kiri kanan kami hanyalah jurang yang siap membunuh kami jika memang tidak hati-hati. di sepanjang jalan gue dan para pemegang torch selalu berteriak "hati hati kiri, hati hati kanan" jika ada sesuatu yang kami anggap berbahaya dan menimbulkan resiko.
Sesekali kondisi jalan sudah mulai stabil, dan juga ada percabangan jalan yang dilengkapi tanda berbahaya bisa dilalui. pada akhirnya jalan kembali setapak, kanan kami adalah jurang ratusan meter dengan pemukiman warga yang lampunya sudah terlihat. sementara kiri adalah lembah dengan kemiringan beberapa derajat yang juga tidak boleh diremehkan ketinggiannya.
gue selalu berteriak agar orang-orang dibelakang gue hati hati...hingga akhirnnya
"hati-hati kanaaann...hati hati KI.........." gue terjatuh kedalam lubang setengah meter tepat dipinggir lembah yang untungnya tidak membuat gue tergelincir. gue tersungkur, seluruh rombongan gue cukup kaget dan sebagian lagi tertawa.
Kini jalanan tidak lagi terlalu menanjat, hanya tanjakan kecil dan selebihnya landai nampun jurang di kanan dan kiri.
ditengah jalan kami sering bertemu pendaki dan tak lupa bertegur sapa sembari mengingatkan satu sama lain untuk berhati-hati. tak lupa kita juga bertemu ibu-ibu paruh baya yang masih semangat untuk mendaki meskipun keadaan sudah gelap gulita.
Udara malam kini telah menyelimuti kami, angin dingin dengan suhu rendah menghampiri dan meraba bulu halus pada kulit kami. kami masih berjalan ditengah gelapnya hutan penggunungan setinggi 2565 mdpl, sungguh malam yang tak terlupakan.
"MASYAALLAH BINTANGNYA" teriak gue baru sadar bahwa jumlah bintang yang menggantung dilangit malam itu tidak seperti pemandangan bintang yang biasa kita lihat di jakarta, sungguh banyak dan terang, bagai berlian yang kilaunya sahut menyahut. seketika semua kepada mengahadap keatas dan terdengar jelas suara kagum dari mulut mereka masing-masing.
Kini posisi ranni tepat dibelakang gue, gue bilang ke dia bahwa akhirnya kita bisa dan sampai tempat ini, gue juga bilang kalau ternyata keraguan dia terhadap dirinya sendiri yang awalnya pesimis untuk mendaki prau adalah salah. sekarang ranni sudah hampir sampai di atas prau, sahabat perempuan gue yang selalu membuat gue kesel kini berada di prau bersama gue.
FYI : perdebatan dan adu argumen disertai emosi mungkin sudah tak terhitung jumlahnya antara gue sama ranni selama kita kenal satu sama lain begitupun rasa kesal gue yang memang kadang terpancing oleh perempuan berhijab satu ini. but terlepas dari itu banyak hal yang udah gue lakuin bareng dia termasuk sekarang ini. satu satunya perempuan di grup kami dalam mendaki. ranni yang gue kenal gak pernah jijik, ketika rachmat muntah di terminal, atau ketika muchaban mules setengah mati atau ketika dulu deden muntah didufan, gue gak liat ada kesan JIJIK yang terlihat dari wajahnya...ya itulah ranni ..ada ketangguhan tersendiri yang gak gue lihat pada perempuan lain.
Setelah berjam-jam kita mendaki akhirnya kita sampai juga pada titik 2565 mdpl gunung prau, rasa bangga tentulah ada. bang heru bilang kalau camp zone bukanlah ditempat ini melainkan kita harus turun sebentar lagi.
inilah tanjakan terakhir kita sebelum mencapai camp zone, disitu gue bilang kediri gue sendiri kalau gue sudah berada di prau sekarang. sesampainya di camp zone kita tidak melihat banyak orang yang berkemah, hanya kita yang baru datang dan 5 tenda dengan jarak 60 meter dari kita.
kami memutuskan duduk dan menyantap roti yang telah kita siapkan dari bawah tadi, hingga akhirnya udara dingin yang tak biasa menyapu kulit dan menusuk tulang kami. mungkin itu adalah suhu terdingin yang pernah gue rasakan selama 20 tahun.
ini bukan rasa dingin melaikan rasa membeku, bibir gue mulai pecah-pecah dan mengeluarkan darah yang kemudian mengering dan akhirnya menghitam, baju gue yang awalnya basah berkeringat kini menjadi basah dengan rasa dingin yang luar biasa..telapak tangan yang semula bertelanjang terasa perih karna seperti memegang es balok besar tanpa bisa dilepas.
karna baju gue sudah basah dan dihawatirkan hipotermia, gue terpaksa melpas baju gue seluruhnya diatas gunung prau dengan suhu beku yang luar biasa dinginnya. ketika melepas seluruh baju rasanya seperti dikurung didalam freezer kulkas. yang sangat terasa menyiksa pada kondisi dingin seperti ini adalah telapak tangan yang membeku menyebabkan rasa sakit diujung jari jemari.
dalam kodisi kedinginan setengah mati kami membangun tenda, gue yang memegang senter sembari mengintruksikan, muchaban dan bang heru yang memasang kerangka tenda, dan deden yang mengikat bagian dalam tenda hingga akhirnya jadilah tenda yang kokoh dan memungkinkan kita untuk tidur didalamnya.
ketika tenda jadi, rahmat, ranni dan deden memutuskan untuk masuk dan tidur kedalam tenda, semntara gue, muchaban dan bang heru memutuskan untuk berjalan keujung pegunungan mencari kayu bakar. jujur ya disini gue yang awalnya merasa excited malah menjadi takut melihat kenekatan bang heru yang mengajak kita terus menjelajahi prau dalam keadaan sepi dan gelap gulita.
Gue selalu bilang "udah yok balik" tapi bang heru menyahut "entar kali sabar,,sini dulu"
it was kinda freak me out TBH ...
tapi akhirnnya muchaban kembali mengajak ketenda dan bang heru meng-iyakan.
sesampainya ditenda gue menyusul rahmat,deden dan ranni untuk tidur di tenda sementara muchaban dan bang heru mengobrol diluar.
baru beberapa menit tidur tiba-tiba ranni minta tolong karna dadanya sesak. gue langsung bangun dan membangunkan yang lainnya. pada akhirnya deden memijit ranni dengan balsem dan gue mnyuruh ranni untuk pindah posisi tidur karna kondisi tenda yang pengap bisa saja membuat ranni sesak.
setelah memijat ranni dan sedikit melakukan perbincangan, kini semua telah masuk ketenda, but you know what? something bad terjadi ditenda yap mereka satu persatu kentut -_- oh god.. gue bernafas lewat mulut kala itu. bang heru yang tadi terlihat cool dan perfect guide dimata gue kini merupakan pendonor gas terbanyak diantara yang lain...
setelah terlalu banyak mengeluarkan gas, kini orang-orang mulai mengantuk dan memutuskan untuk tidur. angin diluar cukup kencang sehingga menyebabkan tenda bergoyang dan sedikit mengeluarkan gemuruh kencang. deden tampaknya tidak bisa tidur, dia selalu membuat gerakan pemanasan seperti senam yang dilakukan lisa natalia didalam tenda sementara gue tidak menghiraukan karna gue sudah mengantuk.
beberapa jam kemudian tepatnya pukul 03:00 gue dan seisi tenda terbangun, gue dan deden memutuskan keluar untuk duduk duduk menikmati indahnya pemandangan diatas gunung prau.
gue dan deden menggelar sedikit alas disamping tenda dan duduk bersebelahan.
ya itulah kita, dimanapun dan kapanpun selalu ada hal yang bisa dibicarakan, sepanjang malam gue dan deden mengobrol tentang keindahan prau, keluarga dan perjalanan selanjutnya. tak jarang ditengah obrolan kami puluhan bintang jatuh lewat seolah menyapa dan mengalihkan perhatian kami.
it was amazing. satu lagi moment gak biasa dalam hidup gue dilakukan bersama bocah kerempeng ini. dari dalam tenda terdengar suara bang heru bilang "ngedenger ini bocah dua ngobrol enak banget kayaknya"
topik pembicaraan kita tidak pernah habis meskipun digunung sekalipun, gue gak pernah bosan bicara sama anak aneh dan lenjeh yang satu ini.
Pemandangan yang kita lihat kala itu berbeda dari apa yang kita lihat biasanya, dalam keadaan gelap gulita kami bisa melihat jutaan bintang langsung dan juga komet yang berjatuhan, diujung barat kami melihat pemukiman warna yang terlihat seperti miniatur dengan lampu lampu yang indah. tidak ada suara apapun tidak ada .
satu jam tak terasa kita mengobrol, waktu menunjukan bahwa sebenar lagi sang surya bangun dari tidur sementaranya. bang heru yang sudah semangat dan tidak sabar mengajak kita untuk berjalan keatas dataran yang jauh lebih tinggi untuk mendapatkan spot terbaik diprau.
Akhirnya gue , ranni dan deden mengiyakan ajakan tersebut sementara rahmat dan muchaban memutuskan untuk tidur . kami berjalan menyusuri ujung gunung prau ditengah gelap gulita dan suhu beku yang selalu bergesekan dengan kulit
beberapa menit perjalanan akhirnya membuat kita tiba di titik terbaik untuk melihat matahari terbit.
Tak ada seorangpun disana kecuali kita ber 4 dan memutsukan untuk berdekatan menghangatkan tubuh.
satu jam kita disana tak ada satupun orang yang datang sementara garis horizon putih terlihat samar diujung pandang timur yang kita duga adalah jalur sunrise datang.
beberapa menit kemudian terlihat belasan lampu senter bergerak mendekati tempat kami berada. tangan sudah gemetar karna dingin. ternyata benar, sekita karis horizon putih tersebut berubah mengeluarkan sinar emas cantik nan dramatis yang membuat mata tertuju padanya.
cukup lama garis emas itu keluar dan memanjakan mata yang melihatnya. sungguh indah ciptaan-Mu ya Allah. sungguh berterima kasih aku kepada-Mu telah diberi kesempatan untuk mengalami semua ini.
cukup lama kita befoto dengan garis emas horizon yang membentang hingga akhirnya sang surya benar - benar bangun dan menapakan bentuk bulatnya. kami semua kagum, sebagaian ada yang berfoto dan mengabadikannya, sementara gue hanya melihatnya langsung dengan mata dan mencoba tak terlalu menyibukan diri dengan kamera. karna yang gue butuhkan adalah melihat ini langsung.
matahari sudah mulai meninggi dan tiba-tiba gumpalan awan raksasa telah menyelimuti kota yang ada dibawah kami, kami kini disuguhkan dengan pemandangan yang biasa dikenal dengan "Samudra di atas awan" dimana seolah olah kami sedang berada ditengah lautan yang sebutlnya adalah kapas kapas Allah penghasil hujan.
tak lama setelah itu rahmat datang dengan wajah sebam dan sempoyongannya mengharapkan tak melewatkan sesuatu yang padahal sudah melewatkan banyak hal. kita cuma bisa tertawa karna dia yang selalu tidur dan untungnya masih bisa merasakan sedikit sensasi sunrise di puncak prau 2565mdpl
inilah puncak perjalanan kami, titik utama dimana perjuangan kami yang telah kami keluarkan untuk sebuah moment ini, terbayar sudah rasa puas ini. beryukur sudah raga ini atas apa yang telah dicapai
satu lagi cerita perjalanan hidup gue telah dibuat dengan orang-orang yang sangat berarti buat hidup gue.
Setelah puas kami kembali ke tenda dan mengemas barang untuk turun, kini kami baru bisa melihat betapa indahnya pemandangan dari atas yang tidak bisa gue ceritakan di blog ini. intinya indah dan patut kita syukuri.
sesampainya dipenginapan kami kemudian berbenah dan berisap untuk kembali ke jakarta, tidak lupa untuk berpamitan dan akhirnya kami mengakhiri perjalanan bermakna ini dengan syukur dan bahagia.
Bang Heru
Sebelumnya terima kasih untuk bang heru dari awal sampai akhir sudah menyambut kita dengan baik, tingkah konyol dan kocaknya pun menghibur kita selama proses penanjakan. terimakasih banyak telah membantu kita dalam segala hal termasuk mencarikan tumpangan yang lebih murah dibanding sebelumnya, terimakasih untuk makanan yang diberikan. terimakasih sudah menyambut kita seperti keluarga..semoga kelak kita bisa beretemu lagi...satu hal yang gak bisa gue lupain adala cara dia kentut dan pernyataan pernyataan polos yang keluar langsung dari mulutnya...termasuk pertanyaan "apa bintang ada tali nya "
Rahmat
terimakasih buat Rahmat dan keluargany yang juga banyak membantu, terutapa pada saat dirumah...makasih juga udah baik dan perhatian ke gue ataupun ranni kalau capek. disamping peristiwa mabok atau tukang tidur dia...rahmat punya sikap perduli yang harus diterapkan . mungkin dicerita gue kali ini gak digambarkan secara detail bantuan dan tingkat keperdulian rahmat..but sebetulnya banyak and gue kagum dari dia..intinya gue harap rasa perduli dia yang besar keorang selalu ada dan gak pernah pudar karna itu merupakan nilai plus dari dia yang gue lihat dan gak ada di orang lain ataupun teman yang gue kenal...
Ranni
buat ranni juga gue kagum akhirnya kita berhasil ngetrip bareng, sekarang harus lebih percaya diri dan sadar kalau sebetulnya loe itu sanggup dan punya tenaga yang sama kaya para cowok.. loe bener-bener sahabat perempuan gue yang paling jago dan berani yg gue kenal. keberanian lo tinggal di asah dikit lagi dan kita perlu ngelakuin hal hal kaya gini lagi dan gue yakin lo bisa jadi wonder woman dan gak mudah putus asa..
and deden..here we go buddy...kita jalan-jalan lagi...udah banyak kalimat yg gue tulis tentang lo jadi daripada eneg ya kan mending kita sumringah sama-sama buat ngerayain satu lagi travelling kita kali ini....satu pertanayaan yg selalu kita tanya "kita udah jadi traveller betulan blum?" hahaha lo bener-bener trigger dari semua kejadian seru yang gue lewatin dalam hidup meski kadang gue suka kesel kalo lo nyuekin gue dan ngobrol sama yang lain hahaha jujur loh...
Muchaban
Muchaban...makasih buat lo juga yang udah nungguin gue pas perjalanan turun gunung...emang ya perjuangan itu lebih bikin orang cepet akrab. meskipun gue baru kenal lo beberapa hari tapi salah satu peristiwa penting dalam hidup gue dilakuin bareng lo..jangan lupa sama gue,deden and ranni. meskipun kita udah gak sekamar atau setenda lagi tapi jangan putus silaturahmi...kapan-kapan kalau mamat main kerumah gue loe ikut juga ya...kita main ber 5 lagi...jangan kaget liat sifat lenjeh gue sama deden.
buat dieng..makasih banyak udah jadi bagian dari perjalanan kita. gue harap kita bisa ketemu lagi....
itulah sepenggal kisah perjalanan kami ber 5 ke dieng wonosobo dan juga mendaki prau.
semoga bisa bermanfaat dan menghibur kalian semua
0 comments:
Post a Comment